Belakangan ini Macro Photography sedang booming di Indonesia. Kalau kita perhatikan di beberapa website utama photography di Indonesia, didominasi dengan foto-foto macro, dan pada umumnya semakin extreme pembesaran atau semakin detail penyajian foto, maka komentar dari fotografer lainnya pun menyerbu foto tersebut dengan pujian.
Saya awalnya memo...tret karena hobby mendokumentasikan kejadian apa saja yang terjadi di keluarga saya. Memotret anak-anak adalah hobby utama saya, namun seiring berjalannya waktu, saya mencoba semuanya, dari landscape, model, human interest, nature, slow speed, night shot, high speed, still life dan terakhir macro, dan akhirnya saya merasa jatuh cinta sama macro.
Awalnya saya hanya menggunakan lensa kit ditambah filter close up, lalu berkembang dengan mencoba reverse lens, lalu terakhir menggunakan lensa macro 100mm.
Dalam memotret macro, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan:
1. Setting Kamera
2. Pelaksanaan Pemotretan
3. Post Production
SETTING KAMERA
Dalam setting kamera, dengan kamera 1000D dan lensa 100mm, saya terbiasa menggunakan aperture dari f/5.6 sampai f/8, karena ketajaman optimal dari lensa 100mm dengan aperture minimum f/2.8 adalah 2x sampai 3x dari bukaan minimum.
Kecepatan yang biasa saya pakai apabila dalam kondisi tidak menggunakan tripod atau monopod, kemampuan tangan saya untuk menghasilkan foto yang tidak shake adalah 1/100. Sehingga untuk mengimbangi apabila ingin menggunakan available light tapi exposure terlalu rendah dengan speed 1/100, saya akan menaikkan ISO.
Apabila ingin memotret extreme, saya biasa menggunakan peralatan tambahan berupa, Raynox DCR 250, namun dengan penambahan alat ini, Depth of Field (DOF) menjadi lebih sempit, dan saya biasanya menggantinya dengan extension tube (tergantung mood), atau untuk mendapatkan yang lebih extreme, saya menggabungkan keduanya (ext tube dan raynox). Untuk mendapatkan hasil maksimum pada extreme macro, saya menggunakan setting aperture f/14 sampai f/22. Dan harus menggunakan flash.
Penggunaan flash pada foto macro seperti halnya pada pemotretan model, harus melihat komposisi darimana light itu akan diarahkan. Untuk pengarahan light, saya bisa dibantu dengan alat bracket dan flash trigger.
Sering kita mendengar komentar "light harsh/kasar" itu artinya cahaya yang dihasilkan terlalu kuat sehingga menghilangkan detail dari objek. Salah satu cara untuk meredamnya adalah dengan menggunakan difuser. Dan difuser murah yang biasa saya pakai adalah styrofoam yang biasa dipakai untuk bungkus hoka-hoka bento.
PELAKSANAAN PEMOTRETAN
Waktu yang ideal untuk pemotretan makro adalah pagi hari sekitar pukul 7 sampai 8 pagi, dan berdasarkan masukan dari seorang master macro, kita bisa datang ke lokasi pemotretan bahkan lebih pagi lagi, sekitar pukul 6 pagi sebelum matahari terbit dan pada saat para serangga atau binatang baru keluar dari sarangnya. Sehingga pada saat mereka muncul, mereka sudah terbiasa dengan kehadiran kita, dan tidak merasa kita sebagai gangguan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memotret macro:
1. Ketajaman, biasakan menggunakan setting manual untuk melatih skill dan ketajaman mata
2. Komposisi, rule of third bisa diaplikasikan disini untuk komposisi yang bercerita, namun death center juga tidak salah untuk foro extreme
3. Tone, suasana pagi bisa menghasilkan gold tone atau fresh green tone
4. Moment, apabila beruntung kita bisa mendapatkan moment yang bagus, kalau tidak coba ciptakan moment dari objek yang kita temukan
5. Cerita dari foto kita, sebisa mungkin foto makro kita bercerita seakan kita sedang memotret Human Interest..
6. Background, untuk mendapatkan BG yang bersih, usahakan jarak BG ke objek minimal 1.5 kali jarak lensa ke objek
7. Foreground, FG kadang mengganggu sebuah foto karena menghalangi objek walaupun hanya berupa blur, usahakan selalu membawa gunting kecil ketika hunting macro untuk memotong daun atau rumput yang tidak kita inginkan
POST PROCESSING
Penggunaan software seperti Adobe Lightroom, Adobe Photoshop, Adobe Bridge, plugin photoshop seperti Topaz DeNoise, sangat berguna untuk menyempurnakan hasil foto macro kita. Baik untuk adjust contrast, brightness, tone, level, bahkan sharpness dan menghilangkan noise. Ini beberapa contoh foto makro,yang saya ambil dari temen-temen fotography.
Saya awalnya memo...tret karena hobby mendokumentasikan kejadian apa saja yang terjadi di keluarga saya. Memotret anak-anak adalah hobby utama saya, namun seiring berjalannya waktu, saya mencoba semuanya, dari landscape, model, human interest, nature, slow speed, night shot, high speed, still life dan terakhir macro, dan akhirnya saya merasa jatuh cinta sama macro.
Awalnya saya hanya menggunakan lensa kit ditambah filter close up, lalu berkembang dengan mencoba reverse lens, lalu terakhir menggunakan lensa macro 100mm.
Dalam memotret macro, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan:
1. Setting Kamera
2. Pelaksanaan Pemotretan
3. Post Production
SETTING KAMERA
Dalam setting kamera, dengan kamera 1000D dan lensa 100mm, saya terbiasa menggunakan aperture dari f/5.6 sampai f/8, karena ketajaman optimal dari lensa 100mm dengan aperture minimum f/2.8 adalah 2x sampai 3x dari bukaan minimum.
Kecepatan yang biasa saya pakai apabila dalam kondisi tidak menggunakan tripod atau monopod, kemampuan tangan saya untuk menghasilkan foto yang tidak shake adalah 1/100. Sehingga untuk mengimbangi apabila ingin menggunakan available light tapi exposure terlalu rendah dengan speed 1/100, saya akan menaikkan ISO.
Apabila ingin memotret extreme, saya biasa menggunakan peralatan tambahan berupa, Raynox DCR 250, namun dengan penambahan alat ini, Depth of Field (DOF) menjadi lebih sempit, dan saya biasanya menggantinya dengan extension tube (tergantung mood), atau untuk mendapatkan yang lebih extreme, saya menggabungkan keduanya (ext tube dan raynox). Untuk mendapatkan hasil maksimum pada extreme macro, saya menggunakan setting aperture f/14 sampai f/22. Dan harus menggunakan flash.
Penggunaan flash pada foto macro seperti halnya pada pemotretan model, harus melihat komposisi darimana light itu akan diarahkan. Untuk pengarahan light, saya bisa dibantu dengan alat bracket dan flash trigger.
Sering kita mendengar komentar "light harsh/kasar" itu artinya cahaya yang dihasilkan terlalu kuat sehingga menghilangkan detail dari objek. Salah satu cara untuk meredamnya adalah dengan menggunakan difuser. Dan difuser murah yang biasa saya pakai adalah styrofoam yang biasa dipakai untuk bungkus hoka-hoka bento.
PELAKSANAAN PEMOTRETAN
Waktu yang ideal untuk pemotretan makro adalah pagi hari sekitar pukul 7 sampai 8 pagi, dan berdasarkan masukan dari seorang master macro, kita bisa datang ke lokasi pemotretan bahkan lebih pagi lagi, sekitar pukul 6 pagi sebelum matahari terbit dan pada saat para serangga atau binatang baru keluar dari sarangnya. Sehingga pada saat mereka muncul, mereka sudah terbiasa dengan kehadiran kita, dan tidak merasa kita sebagai gangguan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memotret macro:
1. Ketajaman, biasakan menggunakan setting manual untuk melatih skill dan ketajaman mata
2. Komposisi, rule of third bisa diaplikasikan disini untuk komposisi yang bercerita, namun death center juga tidak salah untuk foro extreme
3. Tone, suasana pagi bisa menghasilkan gold tone atau fresh green tone
4. Moment, apabila beruntung kita bisa mendapatkan moment yang bagus, kalau tidak coba ciptakan moment dari objek yang kita temukan
5. Cerita dari foto kita, sebisa mungkin foto makro kita bercerita seakan kita sedang memotret Human Interest..
6. Background, untuk mendapatkan BG yang bersih, usahakan jarak BG ke objek minimal 1.5 kali jarak lensa ke objek
7. Foreground, FG kadang mengganggu sebuah foto karena menghalangi objek walaupun hanya berupa blur, usahakan selalu membawa gunting kecil ketika hunting macro untuk memotong daun atau rumput yang tidak kita inginkan
POST PROCESSING
Penggunaan software seperti Adobe Lightroom, Adobe Photoshop, Adobe Bridge, plugin photoshop seperti Topaz DeNoise, sangat berguna untuk menyempurnakan hasil foto macro kita. Baik untuk adjust contrast, brightness, tone, level, bahkan sharpness dan menghilangkan noise. Ini beberapa contoh foto makro,yang saya ambil dari temen-temen fotography.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar